Senin, 22 Februari 2016

Jalan Berliku Menuju Bukit Langit

View Timur Bukit Langit
Beberapa bulan terakhir ini para abege Kebumen ramai-ramai membahas sebuah bukit yang memiliki panorama indah dari puncaknya. Di puncaknya dapat terlihat kabut-kabut serta pegunungan yang sedap dipandang mata. Termasuk saya yang penasaran dengan bukit yang satu ini. Adalah Bukit Langit di Dusun Kembangabang Desa Giripurno Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Entah itu nama asli/ lokal atau bukan tapi saya tidak menemukan nama itu di peta geologi pada umumnya. Bukit ini berada diketinggian sekitar 360 meter diatas permukaan air laut gaess.

Saya memulai perjalanan tentu dari rumah saya di Alian bersama Roni, saudara saya. Kami melewati ruas jalan Nasional III hingga masuk ke Jl. Ampera Kecamatan Karanganyar atau timur Stasiun KA Karanganyar. Dari sini perjalanan sekira 8 kilometer kearah utara. Ini rute yang kami tempuh hingga sampai ke Dusun Kembangabang (ikuti garis biru), just click Rute ke Bukit Langit yang saya ingat saya melewati simpang lima Candi terus belok ke kiri mengikuti jalan lurus sekira 500 meter dan ada pertigaan dekat Sungai Karanganyar dan saluran irigasi. Ambil jalan ke kanan atau ke jalan menanjak hingga 1 kilometer. Kalian harus hati-hati karena jalan juga berliku serta sempit. 

Memandang Desa Kajoran
Jika kalian pernah ke Pantai Menganti ya jalannya mirip-mirip begitulah namun pemandangan juga sama, gak kalah keren akrena kita akan disuguhi pemandangan sawah sawah dan hutan warga. Meski belum sampai ke tujuan pemandangan sudah sangat amazing yakni dataran rendah Kebumen, utamanya Karanganyar dan Sruweng bahkan garis Samudera Hindia akan nampak jelas. What a view! Setelah menanjak atau dibawah Bukit Buthak perjalanan kemudian menurun gaes tapi cuma sebentar >_< kemudian mulai menanjak lagi. Selain itu jalan cornya mulai rusak/ kasa/ bregul bregul apalagi selepas hujan. Kemudian ada jalan menurun lagi serta melewati jembatan Sungai Gede. Kalian harus lurus saja menuju Dusun Kembangabang.

Buanglah sampah pada tempatnya
Jalan masih saja berliku melewati perkampungan, iya tenang saja selama perjalanan ke Bukit Langit akan sering melewati perkampung/ tengah-tengah rumah waarga. Nah dari sini sudah ada petunjuk jalan berupa papan anak panah disetiap persimpangan jalan ke Bukit Langit, jadi lebih mudah. Dan tanjakan terakhir membuat saya ngeri karena cukup panjang serta licin sehabis hujan. Alhasil saya putuskan untuk jalan kaki dan membiarkan Roni ngegas keatas. Eh ternyata tepat diatas sanalah tempat parkir menuju Bukit Langit. Yap, kami sampai, di tempat parkir! Disana ada rumah yang halamannya digunakan untuk tempat parkir. Ada warung juga yang menjual makanan ringan serta minuman segar untuk kalian yang kelaparan.

Dari tempat parkir kami kemudian berjlanan kaki sekira 600 meter melewati kebun serta sawah warga. Namun sebelum berangkat harus mengisi Buku Hadir dulu gaes. Keren kan kaya mau naik gunung beribu de pe el kan. Setelah mengisi buku hadir yang berisi nama, alamat serta nomor telefon kami bergegas menuju arah Bukit Langit. Karena sehabis hujan jalanan tanah dan batu menjadi becek serta licin. Beberapa kali bertemu dengan warga setempat yang amat sangat ramah. Kentara sekali mereka sudah terbiasa dengan keberadaan wisatawan disekitarnya. Cukup melelahkan dan bermandikan keringat untuk sampah dibawah Bukit Langit. Sesampainya diatas ada sebuah gazebo berisikan dua insan manusia beda jenis kelamin. Disekelilingnya ada banyak warga yang mencari rumput untuk ternak mereka, mayoritas ibu-ibu setrong.

Bukit Langit

Bukit Buthak di sisi barat
Disini juga sudah nampak pohon pinus berjajar serta pohon padi disela-selanya. Mata air yang meluber kemana mana menambah licin jalan. Lahan disini berundak tapi sangat rapi berbeda dengan tegalan hutan pada umumnya. Kemungkinan dulunya disini adalah sawah. Namun kini berubah menjadi lahan biasa yang ditanami rumput. Hal ini juga ynag bisa digunakan untuk membuat gazebo-gazebo cantik seperti di Pantai Menganti. Dan akhirnya kami sampai diatas Bukit Langit. Jreeeeeeeeng! Tak nampak pemandangan apa apa karena tertutup kabut setelah hujan, padahal kami kesana jam 12.00 WIB. Sembari menunggu langit sedikit cerah, lambat laun kabut bergerak naik dari bawah/ lembah.

Kabut yang bergerak naik  terlihat sangat dramatis. Suer deh! Sayup layer pegunungan serayu selatan mulai nampak sekarang dan wow! Pemandangan nya indah! Dibawah nampah lembah yang tak lain adalah Desa Kajoran dengan sawahnya yang hijau serta perumahan penduduk. Selain itu suara gemerujug aliran Sungai Padureksa yang membelah desa itu juga terdengar. Dibelakangnya ada sisi timur Perbukitan Padureksa yang memanjang barat ke timur. Disisi timur pelan menampakan diri sebuah bukit yang cukup menjulang, adalah Bukit Condong serta Bukit Penusupan dan Bukit Caplang dibawahnya. Disisi barat ada Bukit Buthak, dan dikejauhan nampak secuil genangan air Waduk Sempor. Jika kalian datang pagi hari dengan cuaca cerah makan akan terlihat Gunung Slamet di arah barat dan Sindoro-Sumbing di timur.

Dataran rendah Kebumen serta garis pantai selatan
Setelah kabut pergi kami memutuskan untuk mengambil gambar. Terdapat sebuah gazebo atau saung diatas sini sehingga bisa untuk mengaso. Yang keren itu disetiap sudutnya adalh tempat sampah. Ini keren banget gaes, sumpah. Puas di atas puncak yang datar itu saya ingin mengambil gambar dari dataran lebih tinggi disisi barat. Sudah disediakan jalan untuk mendaki serta sebuah tali untuk berpegangan. pemandan makin indah karena view Bukit Langit semakin full terlihat. Setelah puas mengabadikan moment kami memutuskan untuk turun dan pulang. Tidak ada uang tiket masuk, hanya sebuah kotak bertuliskan ''Seiikhlasnya''. Perjalanan panjang ke Bukit Langit pun berakhir, saya sangat suka tempat itu karena pemandangannya indah. Beberapa yang ingin saya beri saran adalah soal kondisi jalan yang rusak untuk diperbaiki/ diperhalus. Lalu soal petunjuk jalan sebaiknya ditambah jauh sebelum sampai di Dusun Kembangabang. Oke gaess, sudah dulu :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar